Jumat, 26 Agustus 2016

1000% RUGI KALAU GAK MEMBACA

Hay Guys.....


1000% RUGI KALAU GAK MEMBACA




Membaca adalah sebuah aktivitas yang tidak asing  bagi masyarakat. Bahkan kegiatan membaca sudah diperkenalkan sejak usia dini. Dengan membaca, kemampuan berfikir manusia akan semakin terasah dan berkembang, ilmu pengetahuan pun akan bertambah dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia terutama di era globalisasasi ini. Maka dari itu, membaca menjadi sebuah kebutuhan manusia agar dapat menghadapi persaingan dengan bangsa–bangsa lain di dunia.
Remaja sebagai penerus bangsa, diaharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan termasuk permasalahan social, baik yang terjadi dimasa yang akan dating khususnya dalam menyongsong era globalisasi.
Tidak jarang realita harus kontra dengan harapan yang telah dirumuskan. Kegiatan membaca yang terlihat mudah, ternyata tidak semua orang merasa nyaman dengan kegiatan tersebut khususnya pada kalangan generasi muda. Hal itu terbukti, antara lain dari perpustakaan yang mulai sepi oleh pengunjung, layanan internet yang seharusnya digunakan untuk membaca informasi-informasi positif, justru digunakan untuk kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan membaca, seperti game online, melihat video, bahkan hanya untuk mengakses hal-hal negatif.
Walaupun pembelajaran membaca telah disadari sebagai bagian yang sama esensial dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dalam kenyataanya pembelajaran membaca kurang mendapatkan perhatian yang sewajarnya. (Pelly&Efendi) dalam (Kastam Syamsi,1991:1) mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran pokok, kini kurang mendapat perhatian, baik dari para siswa maupun guru. Para guru dan siswa biasanya telah memfokuskan kegiatan pelajaraan pada materi-materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan siswa dalam pencapaian Ebtanas.
Membaca merupakan gerbang utama memasuki dunia informasi dan pengetahuan melalui kegiatan membaca yang baik dan benar proses memperoleh informasi danpengetahuan akan memberikan kemungkinan rekreasi bagi pembacanya.
Masalah–masalah yang timbul sebagai akibat rendahnya minat baca di kalangan generasi muda harus mendapat perhatian khusus dan penanganan yang cakap, agar aktivitas membaca tidak lagi menjadi aktivitas yang  membosankan melainkan justru menjadi budaya yang digemari oleh generasi muda. Mengingat generasi muda menjadi tonggak bertahannya bangsa, sehingga pengetahuan mereka harus luas agar tetap dapat menjaga eksistensi bangsa Indonesia.
 
 
 
Guys... kita bahas ini..
  1.    Apa sajakah faktor penyebab rendahnya minat baca di kalangan generasi muda?
  2. Apakah dampak dari rendahnya minat baca di kalangan generasi muda? 
  3.     Bagaimana cara meningkatkan minat baca di kalangan generasi muda
  4.    Mengidentifikasi faktor penyebab yang menimbulkan rendahnya minat baca yang ada di kalangan generasi muda.
  5.   Mengidentifikasi dampak yang timbul akibat rendahnya minat baca di kalangan generasi muda. 
  6.     Mengidentifikasi strategi yang dapat meningkatkan minat baca di kalangan generasi muda.
  Pentingnya Membaca
 
 
Membaca adalah kegiatan dengan panca indra mata yang kemudian diproses lebih lanjut menggunakan akal. Membaca adalah kegiatan menggali informasi dari tulisan. Membaca sangat bermanfaat untuk kita, selain meningkatkan pengetahuan juga membuat wawasan kita menjadi luas. Dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai pengetahuan, tanpa harus melihatnya secara langsung. Menurut Anderson dan kawan-kawan (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan seseorang, bukan saja di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan.
Soedarso berpendapat bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau perguruan tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengeahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Salah satu tajuk di situs Antara News yang memberitakan bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia terendah diantara 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi.
Buku adalah jendela dunia. Kalimat yang sering kita dengar dari kecil hingga dewasa. Tanpa harus berkeliling dunia, membaca buku dapat mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar. Membaca merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Membaca juga dapat menjauhkan kita dari jurang kebodohan dan menjauhkan pula dari kemiskinan.
Dalam buku Agus M. Irkham (2008: 151) menyatakan bahwa seringkali kita menghubungkan antara minat baca dengan kemampuan menulis. Jadi, kalau kebiasaan membaca sudah menjadi kebiasaan hidup, dengan sendirinya kita akan mudah menulis. Hubungan antara membaca dengan menulis sangat ketat, meski tidak seketat antara mendengar dengan berbicara. Untuk dapat menulis, kita harus membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis
Menurut harian Kompas, terbitan 12 Juni 2009, minat mahasiswa untuk membaca berbeda dengan mahasiswa jaman dulu. Harian tersebut menyebutkan bahwa, banyaknya literatur dan penerbit buku tidak mempengaruhi minat membaca mahasiswa. Pada jaman dahulu, saat fasilitas masih terbatas para mahasiswa mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk membaca. Pembangunan perpustakaan dan pembelian referensi yang banyak nampaknya kurang menyentuh minat mahasiswa untuk membaca literatur yang berkaitan dengan mata kuliah yang diambil. Aktivitas membaca mahasiswa mengalami penurunan tersebut, kemungkinan dipengaruhi oleh teknologi informasi yang sudah sangat maju. Berbagai macam hiburan yang tidak mengikutsertakan media buku, menjadi lebih menarik, karena membaca membutuhkan perhatian khusus yang tidak dapat diselingi dengan aktivitas lain.
Menurut Sindonews.com terbitan 19 September 2013. Minat baca warga negara Indonesia sangat rendah dan memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks nasional yang menyebutkan bahwa indeks baca di Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca negara maju berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62. Hasil tersebut membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga dari bawah untuk minat baca.
   Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Di kalangan Remaja

 
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca dapat bersifat personal  dan institusional. Faktor personal antara lain: inteligensi usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional antara lain  tersedianya bacaan yang sesuai, latar belakang status sosial ekonomi, dan kelompok etnis serta pengaruh teman sebaya, orang tua, guru, televisi, dan film (Hariss dan Sipay, 1980: 519 dan 521).
Faktor penyebab rendahnya minat baca dikalangan remaja antara lain:  
1.    Lingkungan
Lingkungan adalah faktor utama dalam pembentukan  kepribadian seseorang, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
a.       Lingkungan keluarga
Lingkungan yang pertama kali kita kenal adalah lingkungan keluarga. Oleh karena itu lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat utama dalam mempengaruhi pribadi seseorang. Sosok  ibu merupakan memegang peran penting dalam menanamkan karakter anaknya.
Nenek kita mewariskan kebiasaan yang kurang  baik kepada anak cucunya yaitu kebiasaan memberikan informasi dengan lisan seperti berdongeng dan bercerita sebagai penghantar tidur. Begitu pula dengan orang tua sekarang. Mereka lebih senang menonton televisi, mendengarkan radio dan  berbincang-bincang dalam menggali informasi. Sehingga tidak meneladankan kebiasaan membaca kepada anaknya. Teladan atau contoh penting dilakukan dalam penanaman nilai nasionalisme untuk anak usia dini. Anak-anak cenderung menjadikan model dalam bertingkah laku. Setiap perilaku orang yang dijadikan model bagi anak akan diamatidan lama kelamaan akan ditiru daam perilaku anak sehari hari.
b.      Lingkungan masyarakat
Dalam melakukan aktivitas ataupun rutinitas keseharian kita lebih berkecimpung dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat turut menyumbang peran yang besar pula. Lingkungan masyarakat dapat kita sebut teman, sahabat, dunia kerja, dan masyarakat itu sendiri. Seseorang yang memiliki teman yang suka menunda-nunda tugas, suka mbolos dan senang berbelanja akan ikut terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan buruk temannya. Oleh karena itu lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam membentuk kebiasaan dan karakter kita.
2.    Teknologi yang semakin canggih
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini semakin canggih. Akan tetapi tidak diimbangi dengan penggunaan, pengawasan, pengendalian yang baik. Generasi muda merupakan pengguna terbesar kemajuan teknologi informasi ini. Tersedia banyak media hiburan seperti  TV, komputer, handphone, VCD, tape recorder, dan lain–lain sangat memanjakan penggunanya. Tanpa kita sadari kemanjaan sangat menyita waktu. Sehingga generasi muda kita terlelap dalam kemanjaan dan tidak memiliki waktu untuk kegiatan membaca.
3.  Siswa kurang didorong membaca untuk belajar ( reading to learn )
Kebanyakan dari pembelajaran yang digunakan hanya menggunakan model penjelasan, siswa tidak diarahkan untuk mencari materi atau membaca buku referensi sehingga cenderung pasif hanya sebagai penerima saja, dan tidak ada keinginan atau untuk berusaha membaca untuk belajar.
4.  Kurangnya Kesadaran  
Meskipun kedua faktor di atas tidak ada, hobi membaca tidak akan tercipta jika kita tidak menanamkan kesadaran akan manfaat membaca. Namun sebaliknya, meskipun kedua faktor di atas ada,  jika masing-masing individu menanamkan rasa kesadaran akan pentingnya membaca, tentu saja hobi membaca akan muncul dalam diri kita dan membaca akan menjadi kebutuhan bagi diri kita.
5.  Rendahnya Motivasi
          Motivasi dari berbagai pihak amat dibutuhkan. Di sekolah motivasi dan tauladan dibawa oleh sosok guru. Akan tetapi faktanya saat disaat waktu senggang seperti istirahat guru lebih banyak menghabiskan untuk ngobrol, merokok, menonton televisi ataupun bermain catur. Di rumah sosok orang tua sangat berperan dalam memberi motivasi membaca. Motivasi terpokok yaitu motivasi dari diri sendiri yang harus ditumbuhkan sehingga dapat memberikan pedoman yang kuat dan tetap konsisten untuk senantiasa membaca.
     Data dari Kepala Subbidang Kerjasama Perpustakaan Nasional RI memperlihatkan pada 1995-1999 buku sumbangan dari PBB dan Bank Dunia hanya dibaca oleh 536 orang, dengan kecenderungan kian menurun dari 161 pembaca pada tahun 1995, 134 pembaca pada tahun 1996, 76 pembaca tahun 1997,  dan 81 pembaca tahun 1999. Hal itu menunjukkan motivasi atau kesadaran akan pentingnya membaca belum tertanam dengan baik dalam generasi muda Indonesia.
                                                             
6. Kondisi perpustakaan masih lemah
          Kondisi perpustakaan di Indonesia sekarang secara umum masih lemah. Daud (dalam Adiningsih, 2002) menjelaskan banyak ulasan tentang begitu menyedihkanya kondisi perpustakaan di Indonesia. Misalnya perpustakaan Yayasan Hatta di Yogyakarta sudah kehilangan daya tarik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Koleksi buku yang berjumlah 410.147 eksemplar kian menyusut karena ada 40% buku tidak kembali, serta kegiatan ilmiah terhenti
 
7.      Kurangnya referensi buku di perpustakaan
“Ketersediaan buku merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana yang kondusif untuk membaca” (Harjasujana dan Misdan, 1987: 87). Referensi buku yang terbatas menyebabkan minat baca di kalangan generasi muda menurun, jangankan untuk membacanya, mendatanginya pun enggan karena terbatasnya referensi buku–buku di perpustakaan. Berdasarkan penelitian Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (Adiningsih, 2002)  baru menunjukkan 5% dari sekitar 300.000 sekolah SD hingga SMU/SMK di Indonesia serta baru 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai
8.      Suasana Perpustakaan yang kurang nyaman
Penataan ruangan, penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan seseorang enggan untuk pergi ke perpustakaan dalam rangka membaca dan mencari sumber referensi. Selain itu pelayanan, pencahayaan dan sirkulasi udara juga turut menjadi pertimbangan seseorang akan mengunjungi perpustakaan. Faktor ini dapat menjadikan seseorang yang awalnya sudah berniat ataupun sudah mengunjungi perpustakaan akan enggan melanjutkan kegiatannya di perpustakaan.
Bukti paling dekat, laporan Jajak Pendapat Kompas (20/11/2006), tentang Minat Baca warga Jateng, dengan sampel: Kota Semarang, Solo, Purwokerto, dan Tegal. Sekitar 77,53 persen responden, mengisi waktu luang dengan membaca teks non buku. Bahkan sekitar 20,30 persen responden meluangkan waktu senggangnya tanpa membaca apa pun. Tidak kurang dari  67,16 persen responden tidak pernah mengujungi perpustakaan, dan 58,21 persen responden tidak pernah menganggarkan gaji per bulannya untuk membeli buku
Dampak Rendahnya Minat Baca
Faktor-faktor  yang  menyebabkan  rendahnya minat baca di kalangan genarasi muda, akan membawa dampak yang merugikan. Adapun dampak yang ditimbulkan dari rendahnya minat baca anatara lain :
1.      Mengalami kesulitan memahami, menguasai, mentransfer, dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk produksi barang dan jasa bermutu
2.      Generasi muda akan mudah dipengaruhi atau didoktrin oleh pemahaman–pemahaman yang negatif.
Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan seseorang memiliki dasar yang dangkal. Seseorang seperti ini pastilah akan mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang negatif.
3.      Tidak berkembangnya kreativitas.
Kreatifitas akan muncul apabila seseorang mengembangkan pola berfikir serta tanggap terhadap lingkungan sekitar. Pengembangan pola berfikir ini diperoleh dalam kegiatan membaca. Pola fikir yang berkembang menjadikan tanggap terhadap lingkungan sehingga memunculkan ide-ide kreatif. 
4.      Tidak mengetahui informasi terbaru atau kurang update sehingga sulit untuk memajukan diri sendiri maupun lingkungan.
5.      Generasi muda menjadi miskin akan wawasan, karena tidak adanya kefahaman dan wawasan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan mengenai apa yang terjadi. Remaja cenderung kurang peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya dan memilih menutup diri mementingkan trend yang sedang hangat.
6.      Bangsa akan kehilangan aset terpenting yaitu para pemuda, karena para pemuda tidak menumbuhkan rasa cinta terhaadap bacaan sejarah dan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan pendahulu.
   Strategi Meningkatkan Minat Baca
1.      Meningkatkan jumlah dan  layanan perpustakaan di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, dengan dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di tingkat propinsi, kecamatan, dan  desa).
2.      Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga, dengan menumbuhkan minat baca sejak dini kepada anak-anak seperti melalui buku cerita atau buku bergambar. Membawa anak-anak sesering mungkin berkunjung ke pusat-pusat buku, perpustakaan, toko buku, atau bursa(book fair), dll.
3.      Menyediakan progam wajib baca baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah.
4.      Berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku bacaan yang baik.
5.      Mengontrol penggunaan media elektronik (tv, vidio, game, internet) melalui peran orang tua dan guru, dimana guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan pemahamaan terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasai.
6.      Tarigan (1980: 119-120) mengemukakan bahwa sikap ingin tahu intelektual dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan baru akan menolong seseorang mengembangkan minat bacanya
7.      Meningkatkan koleksi perpustakaan (koleksi bahan pustaka). Agar para pengunjung, terutama generasi muda tertarik untuk mengunjungi perpustakaan sehingga minat baca mereka akan meningkat.
8.      Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca dapat memperjelas konsep dan menarik perhatian pembaca. Hal ini menurut Piaget dalam  Elida, (1992: 51) anak usia Sekolah Dasar berada pada taraf berfikir rasiona konkret. Piaget dalam Tampubolon (1991: 4) menambahkan usia sekolah dasar kemampuan berfikir,bernalar,dan perkembangan bahasamemerlukan simbol-simbol atau gambar.
9.      Membuat slogan-slogan giat membaca.
10.  Memperbaruhi sistem Pembelajaran di Sekolah dengan cara guru memberikan tugas pembelajaran yang menantang dan menarik untuk siswa misalnya dalam proses kegiatan belajar guru memberikan atau memunculkan masalah yang dapat didiskusikan bersama dengan siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk menggali banyak informasi melalui aktivitas membaca.
11.  Memperbaiki kerjasama dengan penerbit dan percetakaan buku dalam pengadaan buku murah berkualitas.
12.  Perlunya Departemen Membaca
Di Jepang, bukan hal aneh sebuah universitas memiliki Departemen Kartun, karena bangsa mereka sudah sejak lama mencintai budaya baca dan tulis. Sehingga kartun menjadi sarana untuk mengekspresikan pikiran dan ide-ide. Sementara di negeri kita, aktivitas membaca dan menulis belum menjadi kebiasaan. Kita masih pikir-pikir kalau akan membeli buku (dan membacanya).
Guna mengatasinya, mungkin kita perlu mengusulkan agar pihak universitas meneliti Departemen Membaca, nantinya departemene itu akan intens melakukan penelitian dalma bidang membaca. Kemudian, hasil penelitian itu disosialisasikan ke guru-guru di sekolah. Tak hanya itu, departemen itu juga memberikan masukan dan saran kepada para guru di sekolah; tentang bagaimana cara menajarkan anak didik agar tertarik membaca buku hingga tuntas
semoga gak malas membaca yah guys....







sampai jumpa dilembaran berikutnya....


Tidak ada komentar: